Apa Kabar Komunitas Demokrasi


 

Sudah setengah bulan gak ktemu nich! Tentunya kita semua berharap-harap cemas apa yang mesti dilakukan ? apalagi kita warga Jawa Timur mau nyoblos Gubernur.

Gak usah bingung, lihat para calon gubernur dan wakilnya. Kemudian simak visi dan misinya untuk membangun Jawa Timur. Apa sesuai dengan kehendak warga Jatim atau tidak. Dan yang paling penting, kembalikan kepada hati nurani masing-masing. Ok !

Untuk lebih baik dan tidak salah coblos, INSPEKD siap untuk diajak diskusi dengan Komunitas Demokrasi. MERDEKA........ MERDEKA.......... MERDEKA.....!

Jumat, 30 Mei 2008

Sebuah Catatan : Satu Dekade Reformasi

Potret buram bangsa Indonesia sampai saat ini tetap tidak berubah. Pada level bawah, bisa kita lihat, kemiskinan masih merajalela. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Tahun 2007 menyebutkan bahwa jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2007 sebesar 37,17 juta (16,58 persen). Jumlah ini turun sebesar 2,13 juta jika dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan Maret 2006 yang berjumlah 39,30 juta (17,75 persen).

Meski jumlah ini turun, namun kemiskinan tetap menjadi masalah besar bagi bangsa kita, karena berbagai kebijakan pemerintah belum sedikitpun menyentuh masalah ini. Kebijakan kenaikan BBM tahun ini semakin menegaskan bahwa ternyata pemerintah tidak pernah membuka mata terhadap femonena kemiskinan, gizi buruk, busung lapar dan lain sebagainya. Kondisi inilah yang kemudian menyebabkan rakyat saat ini bersikap apatis dengan dinamika yang muncul. "Mau diapakan bangsa ini terserah elo," itu yang kerap terdengar dari pembicaraan mereka.

Sepuluh tahun silam, bangsa Indonesia mengalami tragedi yang tidak bisa dilupakan begitu saja, karena dari tragedi itulah kemudian menghilami adanya satu bentuk gerakan baru yang diharapkan mampu mengawal bangsa Indonesia menuju cita-citanya.

Reformasi lahir sebagai buah kekecewaan segenap komponen bangsa di seluruh penjuru tanah air terhadap penyelenggaraan negara yang hegemonik, represif, eksklusif dan tidak pernah berpihak kepada kepentingan rakyat banyak. Paling tidak itulah sedikit ulasan singkat untuk mengenang kembali satu momentum besar yang cukup menelan banyak korban, agar tidak mudah dilupakan, sebab peristiwa ini yang menandai perubahan peta politik Indonesia. Dan tentunya dari sini lah kita akan mulai menyibak kembali beberapa agenda penting guna menggiring persoalan ke arah pencapaian solusi konkret.

Ketika kita buka kembali agenda reformasi yang pernah diusung bersama oleh beberapa kelompok yang masih punya semangat tinggi, idealisme, serta visi untuk membangun Indonesia kedepan yang mapan dan mandiri, tentunya dada kita berdesir hari ini. Sebab kita sebagai manusia yang masih punya nurani, senantiasa melihat segala persoalan yang timbul dari prespektif nalar logika yang sehat, jernih serta dewasa.

Bisa kita saksikan bersama bahwa reformasi yang telah bergulir hampir menginjak usia 10 tahun. bila dianalogikan manusia, pada usia itu seharusnya ia sudah menunjukan kepiawaiannya dalam bertindak. Namun ternyata, reformasi belum bisa kita harapkan, terlebih perubahan sebagaimana dicita-citakan bersama mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil makmur dan sejahtera.

Kondisi inilah yang kemudian memunculkan persoalan baru, yaitu ketidakpercayaan rakyat Indonesia kepada seluruh elit bangsa ini. Malahan, sebagian rakyat justru mengangankan kembali ke masa Soeharto dulu. Dalam penilaian rakyat saat ini, justru Soeharto lah sosok yang terbukti bisa membangun negara menjadi damai, hingga muncul “Sindrom Amat Rindu Soeharto” atau yang kita kenal dengan (SARS). Hal ini berangkat dari sebuah realita bahwa masyarakat sudah terlalu jenuh dengan persoalan mereka. Para elit-elit yang diharapkan bisa membela kepentingan mereka ternyata hanya berebut jatah kekuasaan saja dan cenderung mengabaikan kepentingan rakyat banyak.

Dus, bisa kita cermati bahwa selama 5 tahun periode pemerintahan, para pejabat itu hanya sekali melibatkan rakyat, yakni semasa kampanye. Kapan lagi kita bisa melihat para petinggi mau turun kebawah, duduk berdampingan, makan bersama kalau tidak pada masa kampanye. Mereka mau berdiskusi dengan rakyat karena mereka punya misi ingin menyosialisasikan program-program partai agar mereka dapat dukungan. Tapi apa yang terjadi setelah itu? Setelah mendapat jatah kursi di pemerintahan, mereka tidak lagi ingat dengan janji-janji ketika mereka turun ke pedesaan dulu.

Hal ini menunjukan bahwa reformasi sekarang tinggal lembaran-lembaran yang telah usang dan tidak pernah menjadi pijakan dalam menata bangsa ini. Karena kondisi yang terjadi beberapa elit bangsa ini tidak mempunyai keinginan baik untuk tetap konsisten dengan nilai perjuangan mereka.

Kondisi inilah yang menjadi awal matinya sebuah demokrasi yang diharapkan mampu mengubah Indonesia menuju negara yang mampu bersaing dan mengejar ketertinggalannya dari negara-negara lain.

Cita-cita demokrasi sebagai ruh gerakan reformasi ternyata memunculkan persoalan baru yang lebih kompleks dan justru menelan banyak korban yaitu rakyat. Hukum, satu-satunya konstitusi yang diharapkan memberikan warna baru bagi kehidupan karena fungsinya yang seharusnya menjadi pionir atau panglima dalam setiap penanganan semua masalah, ternyata harus kalah dengan permainan suap oleh segelintir elit yang punya banyak duit.

Hukum yang pada hakikatnya bersifat adil dalam artian hitam atau putih, namun pada dataran praktiknya, hukum di Indonesia tidak pernah memberikan rasa keadilan apalagi rasa aman dan tentram bagi masyarakat karena telah tereduksi, dan tidak mempunyai fungsi konkret untuk membela mereka yang lemah.

Tulisan ini hanya sebatas bahan refleksi kita bersama sebagai rakyat yang hari ini kondisinya tidak jauh berbeda dengan 10 tahun yang silam, karena sebentar lagi kita akan memasuki babak baru dengan semangat Pemilu 2009. Harapan kita, Pemilu mendatang bisa menjadi awal dari lahirnya kembali Indonesia yang baru: mengeluarkan rakyat dari belenggu kesengsaraan. Tentunya ini menuntut kecermatan kita agar tidak lagi dengan mudah menentukan sebuah pilihan tanpa mengetahui latar belakang serta track record orang yang kita pilih.

Kamis, 29 Mei 2008

Seruan umum FRONT PERJUANGAN RAKYAT

tentang kenaikan harga BBM

Perlawanan dari kalangan yang luas sekali terhadap rencana pemerintah untuk menaikkan harga BBM merupakan tantangan yang luar biasa besarnya bagi kekuasaan polltik SBY-JK. Dari hari ke hari dan berturut-turut, aksi-aksi untuk menentang dinaikkannya harga BBM, yang dilakukan oleh berbagai gerakan mahasiswa dan organisasi-organisa si massa lainnya di banyak kota di Indonesia makin menggebu-gebu.

Menggeloranya gerakan menentang dinaikkannya harga BBM ini dipacu juga oleh banyaknya berita internasional tentang makin tingginya harga pangan di dunia, dan membubungnya harga minyak mentah ke tingkat yang paling tinggi selama berpuluh-puluh tahun. Di dalam negeri, banyak orang dari berbagai kalangan mengaitkan perlawanan terhadap rencana kenaikan harga BBM ini dengan terpaksa turunnya Suharto dari kedudukannya sebagai presiden tanggal 21 Mei 1998, dengan 10 tahun diluncurkannya reformasi (yang ternyata macet di jalan !), dengan Hari Kebangkitan Nasional, dan dengan makin semrawutnya pemerintahan.

Suara yang menentang dinaikkannya harga BBM sekarang ini sudah bertambah santer dengan pernyataan dari pimpinan DPR, MPR dan juga DPD yang juga tidak menyetujui kenaikan harga BBM. Di samping itu, tulisan Kwik Kian Gie tentang “keanehan-keanehan” sekitar rencana kenaikan harga BBM, menunjukkan tidak benarnya politik pemerintahan SBY-JK. LBH Jakarta juga mengeluarkan pernyataan bahwa pemerintahan SBY-JK sudah gagal.

Sementara itu adalah menarik untuk diperhatikan bahwa berbagai organisasi massa yang tergabung dalam Front Perjuangan Rakyat mempersiapkan aksi-aksi besar-besaran menghadapi rencana kenaikan harga BBM ini. Dengan adanya aksi-aksi oleh Front Perjuangan Rakyat ini, maka gerakan menentang kenaikan harga BBM, yang juga dimotori oleh Front Pembebasan Nasional, dan dilakukan oleh berbagai golongan lainnya di seluruh negeri, akan bertambah luas.

Mengingat makin hebatnya perlawanan dari berbagai golongan dalam masyarakat terhadap rencana kenaikan harga BBM maka sekarang tidak dapat diperkirakan bagaimana akhirnya sikap pemerintah, apakah akan tetap meneruskan rencananya atau membatalkannya. Seandainya pemerintah membatalkan rencananya pun gejolak masyarakat sudah tidak dapat dikendalikan lagi, mengingat naiknya harga-harga sembako dan sulitnya kehidupan rakyat akibat luasnya kemiskinan dan besarnya pengangguran.

Berikut di bawah ini adalah bahan-bahan yang berkaitan dengan Front Perjuangan Rakyat :

Gelora gerakan membatalkan menaikan harga BBM

Akhirnya, mulai tanggal 24 Mei 2008 pemerintahan SBY-JK menaikkan juga harga BBM dengan 28,7% , walaupun sejak berminggu-minggu berbagai golongan dalam masyarakat melakukan aksi besar-besaran dan meluas di banyak daerah. Suatu hal yang sangat penting dan juga menarik untuk diperhatikan adalah bahwa sebagian terbesar aksi-aksi untuk menentang kenaikan harga BBM ini telah dilakukan oleh kaum muda ( terutama para mahasiswa dari berbagai universitas di seluruh Indonesia) yang bergabung dengan golongan buruh, tani, dan kaum perempuan.

Mengingat tingginya semangat perlawanan yang sudah ditunjukkan mereka selama berminggu-minggu dengan berbagai cara dan bentuk, dan dalam skala yang berbeda-beda, maka bisa diramalkan bahwa karena diumumkannya secara resmi kenaikan harga BBM ini akan terjadi banyak gejolak dalam masyarakat yang lebih dahsyat dari pada yang sudah-sudah. Tidak bisa dibayangkan lagi betapa besar ledakan kemarahan banyak golongan (yang terdiri dari macam-macam keyakinan politik, agama maupun suku/etnis) terhadap politik yang menyengsarakan rakyat banyak ini. Bahkan baru beberapa jam saja diumumkannya kenaikan harga BBM ini maka mahasiswa yang tergabung dalam Front Perjuangan Rakyat telah mengadakan demo di dekat Istana Jakarta.

Dalam aksi yang dilakukan oleh para mahasiswa Universitas Nasional (Jakarta) Jum’at malam menjelang Sabtu pagi (tanggal 24 Mei) telah terjadi penyerbuan aparat kepolisian ke dalam kampus dan menangkapi ratusan mahasiswa. Akibat masuknya polisi secara membabibuta ke dalam kampus sejumlah fasilitas kampus mengalami kerusakan. Diantaranya, fasilitas ATM, gedung rektorat, laboratorium pariwisata, 3 blok gedung perkuliahan, gedung serbaguna dan koperasi mahasiswa. Properti kampus diobrak abrik. Sekitar 20 motor rusak, dibakar dan 3 mobil dirusak.


Gejolak masyarakat yang akan menggelora terus

Dapat diperkirakan bahwa gejolak masyarakat akan menggelora terus selama kenaikan harga BBM ini tidak dibatalkan oleh pemerintahan SBY-JK. Sebab, kenaikan harga BBM ini mengakibatkan dampak negatif yang besar sekali bagi kehidupan sebagian terbesar rakyat. Yang merupakan perkembangan baru dalam aksi-aksi menentang kenaikan harga BBM ini, (dan yang patut disambut gembira oleh seluruh kekuatan demokratik di Indonesia), adalah munculnya berbagai gerakan rakyat dalam bentuk macam-macam front atau aliansi atau federasi atau perhimpunan.

Di antara gabungan-gabungan banyak organisasi massa itu terdapat Front Rakyat Menggugat (FRM), Front Perjuangan Rakyat (FPR), Front Pembebasan Nasional (FPN), dan banyak macam-macam aliansi lainnya yang terbentuk di berbagai kota besar seperti Medan, Padang, Jambi, Palembang, Jakarta, Bandung, Jogya, Solo, Semarang, Surabaya, Makassar, Menado, Denpasar, Kupang atau di banyak daerah lainnya. Gabungan-gabungan organisasi massa inilah yang dewasa ini merupakan bagian penting dari gerakan besar-besaran yang sedang melanda seluruh negeri kita.

Televisi di Indonesia yang sering menayangkan banyak aksi-aksi yang digelar oleh berbagai gerakan massa selama ini memberikan gambaran – walaupun sedikit dan sepotong-sepotong – tentang kebangkitan kesedaran politik banyak kalangan, terutama kalangan muda (mahasiswa dll) dan kaum buruh, tentang buruknya keadaan politik, ekonomi dan sosial yang sedang dihadapi bangsa kita. Kebangkitan kesedaran politik yang meluas seperti dewasa ini merupakan hal yang penting dan bagus sekali bagi kehidupan bangsa selanjutnya.


Mereka berjuang untuk kebaikan kita bersama

Karena gerakan atau aksi-aksi ini dilakukan secara besar-besaran dan meluas di berbagai daerah di negeri kita, maka bisa saja terjadi - di sana-sini dan sebagai insiden-insiden yang terpisah - ekses-ekses atau juga sejumlah kecil tindakan anarkis dan merusak. Tetapi, adanya ekses-ekses ini tidak bisa menghilangkan arti yang lebih besar dan tujuan luhur yang diusung oleh gerakan massa sebagai keseluruhan. Banyak orang, terutama dari kalangan muda, yang bersedia dengan susah-payah bermandikan keringat dan kelaparan atau kehausan, mencurahkan tenaga mereka dalam demo-demo untuk membela kepentingan rakyat banyak. Dapatlah dikatakan bahwa mereka berjuang untuk kebaikan kita bersama! Mereka berkorban untuk kita semua sekarang dan demi hari kemudian anak-cucu kita juga!

Besarnya atau luasnya partisipasi berbagai kalangan dalam gerakan menentang kenaikan harga BBM di banyak kota dan daerah dewasa ini menunjukkan indikasi juga bahwa citra pemerintahan SBY-JK sudah jatuh merosot dalam sekali. Dan lagi, ketidakpercayaan sebagian besar rakyat terhadap pemerintahan SBY-JK adalah juga penolakan terhadap politik atau sistem Orde Baru. Sebab, jelas sekali sekarang bahwa pemerintahan SBY-JK adalah pada hakekatnya masih dikuasai oleh orang-orang Orde Baru, yang perwakilan utamanya adalah SBY (tokoh mantan militer) dan JK (ketua umum Golkar). Jadi, aksi-aksi untuk menentang kenaikan BBM ini pada hakekatnya juga merupakan penolakan atau perlawanan terhadap politik yang dianut Orde Baru dan yang diteruskan oleh Orba Jilid-II sampai sekarang.


Lahirnya berbagai macam front dan aliansi

Dilihat dari segi ini, maka nyatalah bahwa gerakan menentang kenaikan harga BBM bukanlah hanya perjuangan yang bersifat ekonomi dan sosial saja, melainkan sekaligus uga perjuangan berbagai golongan di bidang politik. Muatan politis dari gerakan menentang kenaikan harga BBM ini kelihatan jelas kalau kita simak isi pernyataan-pernyata an atau siaran yang dikeluarkan oleh Front Rakyat Menggugat (FRM), Front Perjuangan Rakyat (FPR), Front Pembebasan Nasional (FPN), dan banyak macam-macam organisasi massa lainnya.

Suara-suara yang dilontarkan oleh berbagai organisai rakyat ini tidak hanya bernada keras dalam mengutuk berbagai politik pemerintah yang menyengsarakan rakyat banyak dan menguntungkan maskapai-maskapai besar asing, melainkan ada yang menuntut dipilihnya pimpinan nasional dan pemerintahan yang baru. Ada yang mengatakan bahwa untuk menjamin terlaksananya kesejahteraan bagi rakyat banyak harus dibentuk pemerintahan yang benar-benar pro-rakyat oleh rakyat sendiri.

Kenaikan harga BBM dan kesulitan untuk mendapatkannya, adalah betul-betul sudah membikin marahnya banyak orang kepada sistem pemerintahan SBY-JK yang didukung oleh berbagai partai politik. Sebab, sangat aneh sekali bahwa di negeri yang terkenal kaya dengan minyak dan gas malahan rakyatnya harus menderita kesengsaraan akibat mahalnya harga BBM. Sebaliknya, maskapai-maskapai asing yang menguasai tambang-tambang (catat baik-baik : yang milik rakyat Indonesia!) setiap harinya mengeruk keuntungan yang melimpah-limpah.


Diperlukan munculnya pemimpin dan kekuasaan politik tipe baru

Dalam kaitan inilah maka banyak kalangan melihat perlunya muncul kekuasaan politik tipe baru, yang berani bertindak seperti Hugo Chavez di Venezuela atau Evo Morales di Bolivia dalam menasionalisasi tambang-tambang minyak dan gas demi kesejahteraan rakyat. Dalam menghadapi perampokan kekayaan bumi oleh maskapai-maskapai asing seperti dewasa ini banyak orang mendambakan adanya pemimpin sekaliber Bung Karno, yang berani mentrapkan politik berdikari dan anti-imperialis. Oleh karena itu jugalah maka tulisan mantan menteri Bappenas, Kwik Kian Gie, yang menganjurkan nasionalisasi tambang-tambang minyak di Indonesia, mendapat perhatian banyak orang.

Gerakan besar-besaran dan meluas oleh berbagai golongan dalam masyarakat untuk menentang kenaikan harga BBM kali ini bisa akhirnya menimbulkan effek bola salju yang menggelinding terus dan kemudian bisa mendorong terjadinya perubahan-perubahan menuju munculnya kekuasaan politik tipe baru, yang berlainan sama sekali sekali dari segala pemerintahan Orde Baru berikut penerus-penerusnya. Dapatlah dikatakan bahwa gerakan menggagalkan kenaikan BBM kali ini, yang menggelora di seluruh negeri, adalah kebangkitan nasional kita yang baru, sebagai kelanjutan dari kebangkitan bangsa kita pada masa-masa yang lalu.

Menigngat pentingnya itu semua, maka untuk selanjutnya, website http://kontak. club.fr/index. htm) akan berusaha terus untuk menemani dan mengantar -- sebisa mungkin -- perkembangan gerakan yang tergabung dalam berbagai front, aliansi, perhimpunan dan komite yang tumbuh seperti jamur di musin hujan sekarang ini di banyak tempat di seluruh negeri.

Pelajar SMA Kaget Saksikan Sidang DPRD Jatim Ricuh

Surabaya-RoL -- Para pelajar SMA dari Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik, mengaku kaget menyaksikan kericuhan yang terjadi dalam rapat paripurna DPRD Provinsi Jatim di Surabaya, Kamis (15/5).

Para pelajar yang sedang menjalani wisata parlemen tersebut, menyaksikan langsung dari balkon ketika dua anggota FKB DPRD Jatim, Ja'far Shodiq dan Firjaun Barlaman "berdemokrasi" dengan bersitegang dan nyaris berkelahi.
"Kalau Gus Dur bilang anggota dewan seperti anak TK, ternyata benar. Problem internal partai sebenarnya ndak pantas dibawa ke dewan yang mengurusi rakyat," kata pelajar SMAN I Sidoarjo, Muhammad Tantowi.

Menurut pelajar Kelas II IPS tersebut, anggota dewan adalah "lulusan" perguruan tinggi, sehingga tidak pantas kalau berkelahi. "Interupsi kok sahut-sahutan, semestinya bergantian," katanya sambil mengelengkan kepala.
Pelajar Kelas II dari SMAN 7 Surabaya, Ahmad Albar Kurniawan juga menyatakan keheranannya dengan kericuhan sidang DPRD Provinsi Jatim.
"Masalah internal partai kok dibawa dalam sidang DPRD. Tadi hampir adu jotos, harusnya diselesaikan dengan baik," katanya menambahkan.
Dia berkesimpulan, ternyata pelajaran yang didapat di sekolah dengan yang dipraktekkan anggota dewan dalam sidang paripurna tidak sama.
Sebanyak 84 siswa dari 40 SMA tersebut datang ke DPRD untuk mengikuti jalannya sidang paripurna DPRD Jatim dengan dipandu aktivis dari Institut Pengkajian Ekonomi dan Demokrasi, Yantonius.

Kedatangan para pelajar menyaksikan sidang paripurna DPRD Jatim untuk mendapatkan pendidikan politik.
Menurut Yantonius, saat menyaksikan anggota DPRD Jatim nyaris berkelahi, para pelajar banyak yang kaget dan gemetar."Secara pribadi kejadian tersebut sebenarnya wajar, karena merupakan dinamika parlemen. Namun para pelajar kaget kok sampai akan berkelahi," katanya menegaskan.

Sementara itu, Ketua DPRD Provinsi Jatim, Fathorrasjid minta maaf kepada para pelajar, karena terpaksa melihat adegan-adegan yang semestinya tidak terjadi.
"Itu merupakan dinamika internal partai. Semoga kejadian tersebut tidak mengurangi semangat para pelajar untuk menjadi anggota dewan," katanya. antara/is

Jumat, 16 Mei 2008