Pelatihan Jurnalistik

Agak Telat sih tapi gak papa dari pada tidak dipostingkan sama sekali, berikut ini kawan-kawan komunitas bisa meupload ato sekedar membaca sedikit tentang perihal pelatihan jurnalistik yang sudah kita lakukan : Data Peserta,

Selasa, 14 Oktober 2008

Turun Kejalan, Calon Pemilih Pemula Tolak Golput

suarasurabaya.net|

Apa yang menamakan diri sebagai Komunitas Demokrasi Pelajar Jawa Timur, Kamis (10/07) tururn kejalan menggelar aksi demo didepan Grahadi, Surabaya. Mereka yang rata-rata masih berusia belasan tahun itu menyerukan dalam Pilgub Jatim 2008 nanti untuk tidak golput.

"Karena golput bukan solusi untuk ikut memajukan Jawa Timur. Kami pelajar Jawa Timur yang juga punya hak pilih menegaskan bahwa golput bukan pilihan dalam rangka untuk ikut serta memajukan propinsi yang kita cintai ini," kata HERDI Koordinator aksi, Kamis (10/07).

Masih mengenakan pakaian seragam sekolah, sekurangnya 30 orang plajar dari sejumlah sekolah di Surabaya, dan Gresik serta Sidoarjo itu membentangkan dua buah spanduk serta membagikan pernyataan sikap kepada pengguna jalan yang melintas dikawasan Jl. Gubernur Suryo.

Dalam pernyataan sikapnya, Komunitas Demokrasi Pelajar Jawa Timur yang memang merupakan para calon pemilih pemula dalam Pilgub Jawa Timur 2008 yang bakal digelar 23 Juli 2008 nanti, menyampaikan bahwa Pilgub bukan sekedar ritual. Tetapi sekaligus penentu nasib propinsi Jawa Timur ini seperti apa kedepannya.

"Karenanya kami serukan bahwa golput bukan solusi memajukan Jatim. Penggunaan money politics tak beda dengan anarkisme, untuk itu hindari. Dan terpenting gunakanlah hak pilih sesuai dengan hati nurani," tambah HERDI pada suarasurabaya.net, Kamis (10/07).(tok)

Teks foto:
-Calon pemilih pemula serukan penolakan golput.
Foto: TOTOK suarasurabaya.net

Jumat, 11 Juli 2008

Mercury FM

KOMUNITAS DEMOKRASI PELAJAR JATIM SERUKAN MASYARAKAT TIDAK GOLPUT

10 Juli 2008 10:25
Mer, Sby - Puluhan pelajar SMA yang tergabung dalam Komunitas Demokrasi Pelajar Jatim dari Surabaya, Gresik dan Sidoarjo melakukan aksi didepan Grahadi, Kamis (10/07).

Para pelajar tersebut menyerukan kepada masyarakat agar menentukan hak pilih sesuai dengan hati nurani dalam Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jatim mendatang, bukan karena intervensi dalam bentuk apapun.

Mereka juga menyerukan, agar masyarakat tidak golput, karena tindakan Golput dalam Pilgub Jatim bukan merupakan solusi.

"Gunakan hak pilih sesuai hati nurani, bukan intervensi," teriak salah satu pelajar dalam aksinya.

Para pelajar berharap kepada masyarakat Jatim, agar menghargai perbedaan pilihan, sehingga tercipta suasana damai. Mereka juga mengutuk, jika ada money politik dalam proses Pilgub Jatim, karena sama saja dengan anarkisme politik dan akan mencederai proses demokrasi.(eta/lam)

Tulisan di Koran Sindo

Siswa SMA Kecam Money Politics
Thursday, 10 July 2008
SURABAYA (SINDO) – Siapa bilang anak sekolah tidak melek politik? Kemarin puluhan siswa sekolah menengah atas (SMA) dari Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik yang tergabung dalam Komunitas Demokrasi Pelajar Jawa Timur INSPEKD (Institut Pengkajian Ekonomi dan Demokrasi), menggelar aksi di depan Gedung Grahadi Surabaya.


Menggunakan seragam putih abu-abu lengkap,mereka menyerukan agar masyarakat menolak segala bentuk money politics dalam Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jatim 2008. Aksi yang digelar mulai pukul 09.00 WIB itu menyedot perhatian warga. Sebab, sangat jarang terlihat siswa SMA berunjuk rasa, lebih lebih yang mengusung isu politik. Selain berorasi, para pelajar ini juga berkampanye menolak golput dengan membagikan sejumlah stiker yang isinya meminta masyarakat mengutamakan hati nurani untuk memilih pemimpin.

Koordinator aksi Melinda Heni Santika menyatakan, politik uang adalah bagian anarkisme politik yang mencederai demokrasi. Penggunaan uang dalam berpolitik sama sekali tidak membuat masyarakat semakin sadar akan hak-hak politiknya.Dengan kata lain, cara ini sama dengan pembodohan masyarakat. ”Demokrasi tidak akan dapat dibangun jika yang berbicara adalah uang, bukan hati nurani rakyat,” ungkapnya.

Meski begitu,Melinda menegaskan bahwa ia dan rekanrekannya tetap berharap Pilgub Jatim menghasilkan Gubernur Jatim yang dipercaya. Karena itu,ia meminta masyarakat tetap menggunakan hak pilihnya.”Siapa pun nanti gubernur yang terpilih, jangan hanya mengumbar janji-janji, namun benar-benar dilaksanakan,” ucapnya. (lukman hakim)

Ternyata Mereka Bisa Berorasi

Kamis, 10 Juli 2008

Catatan pada sebuah Aksi


Saat Mereka Di depan Jurnalis Fotografer


Saat mereka Berteriak Demokrasi untuk rakdjat Jawa Timur

Kita Bukan Pecundang


Judul di atas tidak salah. Memang kita bukan pecundang, kita semua adalah pejuang. Terlepas dari menang atau kalah, kita tetap bukan pecundang. Pecundang hanyalah mereka yang kalah oleh diri sendiri, mereka yang tidak berani mencoba setelah tersungkur untuk kesekian kali.

Sadarkah kita bahwa sesungguhnya kita adalah pemenang kehidupan. Sebelum kita bersekutu dengan ovum, kita telah menyisihkan jutaan pejuang lainnya. Mulai sejak awal ejakulasi, kita bertarung sesama kita, adu cepat, adu tangkas untuk mencapai ovum yang kita kejar. Sungguh, kita adalah satu dari jutaan kontestan. KITA BUKAN PECUNDANG!

Namun terkadang, setelah tulang ini berbalut daging dan dibalut lagi oleh kulit dari epidermis-epidermis yang bersekutu, lantas mengapa kita menjadi pengecut? Kita menjadi takut kalah perang, kita menjadi begitu cengeng, dan hanya mengharapkan euforia. Teman, sadarkah engkau?

Apakah engkau tidak mengingat saat dimana dirimu hanya satu dari sejuta, lantas Kami keluarkan kamu daripada mani-mani untuk menjadi pejuang lalu Kami tentukan sesiapa diantara kamu yang paling berhak untuk maju menjadi pemenang. Dan diantara para pemenang ada yang Kami matikan sebelum menjadi darah dan daging, ada pula yang Kami matikan setelah teriakan pertama, dan ada yang Kami panjangkan umurnya hingga rambut memutih dan Kami jadi dia kembali ke asal. Sungguh, Kami telah menetapkan kamu agar selalu berjuang dan tidak berputus asa dari rahmat Kami. Sungguh Kami berkuasa atas segala sesuatu.



Senin, 09 Juni 2008

INDONESIA Bangsa yang sakit

Membaca pemberitaan akhir-akhir ini, sedih sekali rasanya. Sebagai bangsa yang terkenal dengan keramahannya, ternyata sudah berbalik arah sedemikian drastis. Masyarakat kita, sudah sedemikian garang membabi buta melakukan apa saja yang mereka kehendaki tanpa mempertimbangkan hak asasi manusia, etika, moral dan lain sebagainya. Dengan kekuatan fisik yang mereka punya, mereka bebas melakukan pemukulan, pembantaian terhadap saudara sendiri. Padahal mereka mengklaim diri sebagai orang-orang yang saleh, beriman, beragama dsb. Dengan lantang mengucap lafad Allah Akbar, mereka membantai saudara sendiri, sungguh tidak bisa di terima oleh akal sehat kita, karena agama manapun tidak ada yang mengajarkan kekerasan, dan penting untuk dicatat, Islam adalah agama yang penuh kedamaian dan tidak sedikitpun mentoleransi kekerasan.

Adalah sejumlah anggota FPI yang melakukan pembantaian terhadap masa Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan. Dengan sedemikian garangnya, melakukan kekerasan terhadap masa yang berencana merayakan hari lahir Pancasila. Sungguh ironis sekali ketika sekian banyak elemen bangsa berencana memperingati hari lahir Pancasila dengan mengusung kebhinekaan dalam bingkai persatuan, justru terhadang aksi membabi buta laskar pembela Islam (FPI). Lebih ironis lagi, salah satu anggota FPI yang melakukan tindak criminal tersebut justru orang yang selama ini getol memperjuangkan demokrasi dan anti kekerasan. Melihat realitas ini, saya berkesimpulan bahwa bangsa kita memang sedang sakit parah.

Penyerbuan Polri ke kampus UNAS, adalah fakta yang tidak jauh berbeda, dimana Instrument Negara, abai melaksanakan tanggung jawabnya. Mereka dengan kekuatan fisik yang dimiliki, secara bebas, melakukan penyerbuan dan penganiayaan terhadap sekelompok mahasiswa yang sedang memperjuangkan aspirasi rakyat.

Kita tahu, Polisi adalah pengayom dan pelindung rakyat (paling tidak itu selalu menjadi slogan), namun pada kenyataannya, Polisi tidak lagi menunjukan rasa aman dan damai dimasyarakat.

Pada saat yang sama, Mahasiswa yang tugas dan fungsinya disamping belajar, adalah memperjuang aspirasi rakyat, namun dengan garang, mahasiswa juga melakukan penganiyaan kepada salah satu anggota Polisi, di depan Kampus Mustopo Beragama Jakarta.

Pada level bawah, rakyat Indonesia sendiri, tidak jarang melakukan aksi kekerasan satu sama lain, demi untuk mempertahankan kehidupan mereka yang semakin terjepit oleh kemiskinan. Tidak jarang kita mendengan fenomena anak membunuh orang tua, orang tua membunuh anak, istri membunuh suami, suami membunuh istri. Fenomena demikian menjadi kian dekat dengan kehidupan bangsa kita, bangsa yang dikenal dengan mayoritas penduduk muslim, bangsa yang dikenal dengan keramahan dan kesopannya, namun, tradisi itu tergerus oleh perubahan zaman yang semakin menghimpit kehidupan kita.

Para pemimpin kita, tidak kalah ganasnya, mereka dengan cara yang lebih santun, melakukan kekerasan atas nama kepentingan politik, ekonomi dan lain sebagainya. Fenomena kenaikan BBM mencerminkan betapa pemimpin Indonesia hanya mementingkan kepentingan Negara dari pada kepentingan rakyat. Padahal menyelamatkan penderitaan rakyat adalah prioritas karena menurut banyak pengamat dan pakar, masih banyak alternative lain yang bisa ditempuh selain menaikan harga BBM. Sejatinya pemerintah melempar wacana kenaikan BBM tersebut kepada masyarakat dengan mengundang tokoh masyarakat, pakar, ilmuwan dan lain sebagainya untuk berembug masalah ini. Namun, dari Opsi terakhir yang di pilih Pemimpin kita, sedikitpun mereka tidak mencoba memilih Opsi-opsi yang pertama, kedua, ketiga dan tidak tau sampai berapa.

Kenapa pemerintah tidak menjelaskan baik buruknya dari sekian banyak opsi tersebut? Kenapa pemerintah hanya menyebutkan kenaikan BBM adalah Opsi terakhir? Yang dibutuhkan rakyat sebetulnya penjelasan tentang kenaikan BBM dan mengapa opsi itu dipilih? Dan apakah bisa ditempuh cara yang lain, agar nasib rakyat tidak semakin menderita?

Fakta menunjukan bahwa pemerintah kita lebih takut keuangan mereka (bahasa lain keuangan negara) jeblok, dari pada melihat rakyat senang dan hidup bahagia. Inilah kekerasan terstruktur yang dilakukan Negara kepada rakyatnya. Negara abai dengan nasib rakyat yang semakin hari semakin terjepit. Jangan disalahkan kalau dampak kebijakan ini, rakyat Indonesia semakin menjadi rakyat yang tidak rasional, nekad, dan suka dendam. Jangan disalahkan kalau masyarakat kita menjadi tidak bermoral, dan suka dengan tradisi kekerasan. Jangan salahkan rakyat kalau mereka kemudian mengambil jalan pintas seperti menjadi Pelacur sebagaimana kondisi PSK di kediri yang melonjak drastis sebagai dampak dari kebijakan tersebut.


Senin, 02 Juni 2008

Sekitar kenaikan harga BBM dan perjuangan politik rakyat Indonesia

Gelora aksi-aksi untuk membatalkan keputusan pemerintahan SBY-JK tentang kenaikan harga BBM masih berlangsung terus di Jakarta maupun di kota-kota penting di banyak daerah di Indonesia, walaupun sudah mulai agak mereda. Sejak tanggal 29 Mei berbagai golongan yang tergabung dalam Front Pembebasan Nasional (FPN) telah mengadakan aksi besar-besaran di sekitar Istana, yang berlangsung dengan ramai. Ikut sertanya golongan buruh, perempuan dan rakyat miskin dalam aksi-aksi FPN ini menunjukkan luasnya dukungan berbagai golongan dalam masyarakat di samping golongan mahasiswa kepada perjuangan besar ini.

Aksi-aksi juga digelar oleh Front Perjuangan Rakyat (FPR), yang merupakan gabungan dari puluhan organisasi pada tanggal 1 Juni dalam bentuk rapat umum di sekitar Hotel Indonesia dan Istana. Pada hari yang jatuh bersamaan dengan peringatan lahirnya Pancasila ini FPR – seperti halnya banyak organisasi lainnya - akan meneruskan perjuangan untuk menentang kenaikan harga BBM dan berbagai politik pemerintahan SBY-JK.

Sesudah aksi-aksi berjalan menggebu-gebu lebih dari seminggu di Jakarta maupun di banyak kota di daerah, maka sulit untuk diramalkan bagaimanakah selanjutnya gerakan menentang kenaikan harga BBM ini di hari-hari yang akan datang. Sebab, kelihatannya, semangat perlawanan yang ditunjukkan oleh berbagai kekuatan dalam masyarakat, baik di Jakarta maupun di daerah-daerah masih tetap cukup tinggi. Di antara banyak kalangan dan organisasi itu terdapat organisasi-organisa si yang tergabung dalam Front Rakyat Menggugat (FRM). Ada indikasi-indikasi yang menunjukkan bahwa gerakan menentang kenaikan harga BBM, yang dilakukan oleh berbagai golongan dalam masyarakat ini akan makan waktu lama dan juga masih bisa berbuntut panjang.

Dalam rangka inilah maka tulisan kali ini mengajak para pembaca untuk ikut bersama-sama merenungkan arti penting dampak gerakan menentang harga BBM dewasa ini dihubungkan dengan berbagai persoalan rakyat dan negara kita. Sebab, sekarang makin jelaslah bagi kita semua, bahwa kenaikan harga BBM sudah menimbulkan banyak masalah baru yang serius, yang akibatnya akan makin terasa di kemudian hari. Kenaikan harga BBM adalah hanya sebagian saja dari banyak masalah yang dihadapi pemerintahan SBY-JK yang mendapat perlawanan dari banyak kalangan dan golongan, seperti yang sudah banyak diberitakan dalam pers maupun televisi. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih luas mengenai persoalan ini, maka diharapkan para pembaca sudilah kiranya menyimak juga “Gelora gerakan membatalkan kenaikan harga BBM”, dan “Maraknya aksi-aksi menentang kenaikan BBM”.

Dari gerakan perlawanan yang sudah berjalan sejak tanggal 24 Mei ini saja kita semua sudah dapat menarik pelajaran yang berharga dan juga memperoleh bahan-bahan penting untuk bisa direnungkan bersama-sama lebih lanjut. Berikut di bawah ini adalah sejumlah kecil dari pandangan terhadap berbagai masalah serius yang sedang sama-sama kita hadapi dewasa ini :

Kebangkitan baru kesedaran politik di kalangan rakyat

Menggeloranya di berbagai daerah Indonesia aksi-aksi menentang kenaikan BBM ini merupakan lahirnya kebangkitan baru kesedaran politik di banyak kalangan dalam masyarakat kita. Dari besarnya serta beragamnya gerakan yang didukung oleh bermacam-macam golongan (termasuk sejumlah partai-partai politik, tokoh-tokoh dan intelektual) itu nampak bahwa gerakan menentang kenaikan harga BBM ini mendapat dukungan yang luas dari masyarakat.

Gerakan menentang kenaikan harga BBM ini hanyalah merupakan sebagian dari perlawanan masyarakat terhadap politik pemerintahan SBY-JK, yang pada dasarnya masih melakukan politik Orde Baru, yang mentrapkan politik neo-liberalisme yang hanya menguntungkan kaum modal besar asing. Dalam arti tertentu, perlawanan terhadap kenaikan harga BBM juga akhirnya berarti perlawanan terhadap sistem politik Orde Baru.

Perlawanan yang dilakukan oleh berbagai golongan masyarakat – dan terutama oleh kalangan mahasiswa – terhadap politik pemerintahan SBY-JK merupakan gelombang pasang naik dalam kesedaran politik besar-besaran di kalangan rakyat. Gelombang pasang naik ini akhirnya bisa menjadi sama pentingnya dengan yang dilahirkan oleh gerakan besar-besaran dan bersejarah dari kalangan mahasiswa dalam tahun 1998, yang mengakibatkan turunnya Suharto sebagai presiden.

Dalam gerakan menentang kenaikan harga BBM telah dan sedang ikut serta juga berbagai macam kekuatan politik dan golongan masyarakat, yang dalam masa-masa yang lalu pernah menjadi pendukung berbagai politik rejim militer Suharto, termasuk sebagian dari kalangan Islam. Ikut sertanya unsur-unsur Islam dalam gerakan menentang kenaikan harga BBM ini merupakan perkembangan baru yang penting dan menarik.

Sebab bagi perjuangan politik di Indonesia untuk menciptakan masyarakat adil dan makmur di bawah bendera Bhinneka Tunggal Ika, Pancasila dan Trisakti, sumbangan atau partisipasi kalangan Islam yang luas adalah salah satu syarat penting untuk tercapainya tujuan itu. Perubahan-perubahan besar dan fundamental dalam kekuasaan politik di Indonesia akan sulit dicapai tanpa partisipasi yang aktif dari sebagian penting kalangan Islam.

Perkembangan penting : lahirnya berbagai front

Sebagai perkembangan baru yang penting lainnya dalam perjuangan politik rakyat Indonesia adalah lahirnya berbagai front rakyat atau aliansi atau koalisi atau federasi, yang merupakan wadah yang menggabungkan berbagai macam organisasi massa di kalangan buruh, tani, perempuan, kaum muda, mahasiswa, pegawai negeri, serta rakyat miskin. Gerakan extra-parlementer ini merupakan alat yang amat penting bagi rakyat dalam menghadapi pemerintah, parlemen dan juga partai-partai politik.

Sekarang di Jakarta sudah ada sejumlah front yang masing-masing menghimpun puluhan organisasi massa, dan di antaranya adalah Front Pembebasan Nasional, Front Rakyat Menggugat, Front Perjuangan Rakyat. Sedangkan di daerah-daerah juga sudah bermunculan front atau berbagai aliansi dan koalisi. Umpamanya, di Bandung ada Front Kebangkitan Rakyat, dan di Jogya Komite Rakyat Bersatu. (Ma’af kepada banyak organisasi-organisa si lainnya di berbagai kota yang tidak disebutkan namanya di sini).

Berhubung akan makin bertambah banyaknya masalah yang dihadapi oleh rakyat akibat kesalahan dan kejelekan pemerintahan, maka peran dan tugas berbagai front, aliansi, koalisi atau federasi atau komite sebagai benteng pengayom dan pembela kepentingan rakyat juga akan makin menjadi lebih penting lagi di masa-masa yang akan datang. Sebab, dalam banyak hal, rakyat sudah tidak bisa dan tidak boleh mempercayakan lagi - atau menyerahkan mentah-mentah begitu saja - pengurusan soal-soal masyarakat dan negara sepenuhnya hanya kepada peran pemerintah, DPR dan partai-partai politik.

Berbagai kekuatan extra-parlementer yang berbentuk segala macam front, aliansi, koalisi, federasi, komite yang melakukan perjuangan terhadap kenaikan harga BBM (dan lain-lain politik pemerintah yang menyengsarakan rakyat) atas dasar-dasar Bhinneka TunggaI Ika, Pancasila dan Trisakti adalah pendorong untuk persatuan bangsa dan kelestarian Negara Kesatuan Republik Indonesia. Peran mereka juga bisa merupakan pendorong untuk timbulnya perubahan-perubahan fundamental dalam kekuasaan politik ke arah yang bisa benar-benar menguntungkan kepentingan rakyat, seperti yang terjadi di Amerika Latin.

Perlu adanya kekuasaan politik tipe baru

Melalui perjuangan terhadap musuh bersama (dalam hal ini berbagai politik anti-rakyat dan pro-modal asing), bermacam-macam kekuatan extra-parlementer yang masih bergerak sendiri-sendiri atau terpisah-pisah, mungkin akhirnya akan bisa bekerjasama atau berkoordinasi, sehingga bisa menjadi kekuatan pendobrak status-quo yang menghimpit kehidupan rakyat dan bangsa. Terpecah-pecahnya kekuatan dalam gerakan adalah keadaan yang tidak menguntungkan perjuangan bersama.

Kalau kekuasaan politik masih tetap seperti yang terus dijalankan selama 32 tahun Orde Baru dan 10 tahun pasca-Orde Baru sampai sekarang maka tidak mungkin adanya perubahan-perubahan besar dan fundamental bagi kehidupan sebagian terbesar rakyat kita. Perubahan besar dan fundamental hanyalah bisa dilakukan oleh kekuasaan politik tipe baru di bawah pimpinan nasional tipe baru pula. Perubahan-perubahan besar yang menguntungkan rakyat banyak tidak mungkin dilakukan oleh orang-orang yang bertipe Orde Baru.

Ketika bangsa dan negara sedang mengalami banyak persoalan serius yang menyengsarakan rakyat banyak seperti dewasa ini, terasa sekali kebutuhan adanya kekuasaan politik yang pro-rakyat dan dapat dukungan kuat dari sebagian terbesar rakyat dan juga adanya pemimpin yang berwibawa dan mempunyai integritas setinggi Bung Karno. Tokoh yang seperti ini tidak ditemukan selama rejim militer Suharto, dan juga tidak dapat dijumpai selama berbagai pemerintahan- pemerintahan pasca-Suharto.

Kenaikan harga BBM yang mengakibatkan bermacam-macam kesulitan hidup banyak orang (harga sembako yang sudah naik dengan beberapa puluh persen, ongkos transport yang menjadi mahal, bertambah parahnya kemiskinan dan pengangguran) telah membuka kebusukan pemerintahan SBY-JK.. Dewasa ini setiap hari diberitakan dalam pers dan televisi tentang keluh kesah dari rakyat yang menderita.

Pentingnya gerakan extra-parlementer

Karena itulah SBY, yang tadinya diharapkan (ilusi saja ?) oleh banyak orang untuk bisa menjadi presiden yang ideal, ternyata citranya terus-menerus turun. Kalau dalam tahun 2006 (menurut Lembaga Survey Indonesia) ia pernah meraup popularitas sebesar 67 %, maka dalam tahun 2007 turun tinggal 25 % Dan sekarang, dengan maraknya gelora perlawanan kenaikan harga BBM diperkirakan bahwa popularitasnya sudah mesosot sekali jauh di bawah 20%.

Karena sudah rusaknya moral di kalangan partai politik (dan terutama sekali GOLKAR) yang wakil-wakilnya menduduki banyak pos-pos penting dalam bidang eksekutif, legislatif, dan judikatif, maka sebagian besar rakyat dewasa ini sudah muak dan tidak menaruh kepercayaan terhadap mereka. Dari segi inilah kelihatan makin pentingnya peran gerakan ekstra-parlementer yang terdiri dari bermacam-macam organisasi rakyat yang tergabung dalam macam-macam front dan koalisi atau aliansi yang tumbuh seperti jamur di musim hujan di berbagai daerah.

Gerakan ekstra-parlementer yang kuat dan mendapat dukungan atau partisipasi yang luas dari rakyat akan menjadi satu-satunya agen perubahan menuju terciptanya masyarakat adil dan makmur, seperti yang dicita-citakan oleh proklamasi 17 Agustus 45.

Aksi-aksi mahasiswa punya tujuan luhur

Mengingat itu semua, maka nyatalah bahwa maraknya aksi-aksi luas yang digelar oleh para mahasiswa banyak universitas di Indonesia dewasa ini untuk melawan secara damai kenaikan harga BBM patut sekali mendapat dukungan dan simpati dari kita semua. Pada umumnya, aksi-aksi para mahasisswa ini mempunyai tujuan yang luhur, yaitu membela kepentingan rakyat, yang dirugikan oleh kenaikan harga BBM dan berbagai politik pemerintahan SBY-JK lainnya.

Kesediaan mereka untuk bersusah-payah mengadakan bersama-sama berbagai macam aksi ini (sampai mogok makan berhari-hari, bermalam di tenda-tenda, kurang tidur dan kurang makan) mencerminkan kemurnian tujuan perjuangan mereka. Mereka adalah asset yang penting dan berharga sekali bagi hari kemudian bangsa dan negara kita. Karenanya, peran mereka sebagai penyalur aspirasi rakyat mempunyai arti strategis yang patut sama-sama kita lindungi. Aksi-aksi para mahasiswa menentang kenaikan harga BBM adalah bagian - dan bagian yang cukup penting ! - , dari keseluruhan gerakan ekstra-parlementer yang dahsyat sekarang ini.

Dengan makin membesarnya gerakan ekstra-parlementer untuk menentang kenaikan harga BBM dan berbagai politik lainnya dari pemerintahan SBY-JK maka ada sementara orang yang kuatir akan adanya represi besar-besaran seperti yang terjadi dalam tahun 65-66. Memang, seluruh kekuatan demokratis yang sedang membangun kekuatan rakyat melalui berbagai front dan aliansi atau koalisi perlu tetap waspada terhadap adanya kemungkinan- kemungkinan yang demikian ini. Perlu sama-sama kita ingat selalu bahwa “mereka” tidak rela kehilangan begitu saja kekuasaan yang mereka kangkangi selama lebih dari 32 tahun!

Tetapi waspada dan hati-hati tidaklah berarti harus takut melakukan hal-hal yang sangat dibutuhkan dalam menggalang kekuatan dan mempersiapkan adanya perubahan-perubahan besar dan fundamental di bidang kekuasaan politik. Apa yang dilakukan oleh Hugo Chavez di Venezuela dan Evo Morales di Bolivia merupakan contoh yang patut kita pelajari, walaupun situasi dan kondisi kita berbeda dengan mereka.

Kalau dilihat dari perkembangan situasi akhir-akhir ini makin nampak nyatalah bahwa perjuangan politik rakyat Indonesia untuk menciptakan kesejahteraan haruslah melewati perjuangan terhadap sisa-sisa Orde Baru, yang dalam jangka puluhan tahun -- sampai sekarang ! - sudah bersekongkol dengan kepentingan modal besar asing. Karena pemerintah, maupun DPR, MPR, DPD sudah banyak mengecewakan rakyat, maka banyak kalangan di masyarakat akhirnya terpaksa menaruhkan kepercayaan mereka kepada berbagai macam organisasi rakyat.

Di sinilah terletak betapa pentingnya gerakan ekstra-parlementer, baik untuk perjuangan dewasa ini maupun untuk masa-masa datang !

Minggu, 01 Juni 2008

Apa Kabar Komunitas Demokrasi


 

Sudah setengah bulan gak ktemu nich! Tentunya kita semua berharap-harap cemas apa yang mesti dilakukan ? apalagi kita warga Jawa Timur mau nyoblos Gubernur.

Gak usah bingung, lihat para calon gubernur dan wakilnya. Kemudian simak visi dan misinya untuk membangun Jawa Timur. Apa sesuai dengan kehendak warga Jatim atau tidak. Dan yang paling penting, kembalikan kepada hati nurani masing-masing. Ok !

Untuk lebih baik dan tidak salah coblos, INSPEKD siap untuk diajak diskusi dengan Komunitas Demokrasi. MERDEKA........ MERDEKA.......... MERDEKA.....!

Jumat, 30 Mei 2008

Sebuah Catatan : Satu Dekade Reformasi

Potret buram bangsa Indonesia sampai saat ini tetap tidak berubah. Pada level bawah, bisa kita lihat, kemiskinan masih merajalela. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Tahun 2007 menyebutkan bahwa jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2007 sebesar 37,17 juta (16,58 persen). Jumlah ini turun sebesar 2,13 juta jika dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan Maret 2006 yang berjumlah 39,30 juta (17,75 persen).

Meski jumlah ini turun, namun kemiskinan tetap menjadi masalah besar bagi bangsa kita, karena berbagai kebijakan pemerintah belum sedikitpun menyentuh masalah ini. Kebijakan kenaikan BBM tahun ini semakin menegaskan bahwa ternyata pemerintah tidak pernah membuka mata terhadap femonena kemiskinan, gizi buruk, busung lapar dan lain sebagainya. Kondisi inilah yang kemudian menyebabkan rakyat saat ini bersikap apatis dengan dinamika yang muncul. "Mau diapakan bangsa ini terserah elo," itu yang kerap terdengar dari pembicaraan mereka.

Sepuluh tahun silam, bangsa Indonesia mengalami tragedi yang tidak bisa dilupakan begitu saja, karena dari tragedi itulah kemudian menghilami adanya satu bentuk gerakan baru yang diharapkan mampu mengawal bangsa Indonesia menuju cita-citanya.

Reformasi lahir sebagai buah kekecewaan segenap komponen bangsa di seluruh penjuru tanah air terhadap penyelenggaraan negara yang hegemonik, represif, eksklusif dan tidak pernah berpihak kepada kepentingan rakyat banyak. Paling tidak itulah sedikit ulasan singkat untuk mengenang kembali satu momentum besar yang cukup menelan banyak korban, agar tidak mudah dilupakan, sebab peristiwa ini yang menandai perubahan peta politik Indonesia. Dan tentunya dari sini lah kita akan mulai menyibak kembali beberapa agenda penting guna menggiring persoalan ke arah pencapaian solusi konkret.

Ketika kita buka kembali agenda reformasi yang pernah diusung bersama oleh beberapa kelompok yang masih punya semangat tinggi, idealisme, serta visi untuk membangun Indonesia kedepan yang mapan dan mandiri, tentunya dada kita berdesir hari ini. Sebab kita sebagai manusia yang masih punya nurani, senantiasa melihat segala persoalan yang timbul dari prespektif nalar logika yang sehat, jernih serta dewasa.

Bisa kita saksikan bersama bahwa reformasi yang telah bergulir hampir menginjak usia 10 tahun. bila dianalogikan manusia, pada usia itu seharusnya ia sudah menunjukan kepiawaiannya dalam bertindak. Namun ternyata, reformasi belum bisa kita harapkan, terlebih perubahan sebagaimana dicita-citakan bersama mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil makmur dan sejahtera.

Kondisi inilah yang kemudian memunculkan persoalan baru, yaitu ketidakpercayaan rakyat Indonesia kepada seluruh elit bangsa ini. Malahan, sebagian rakyat justru mengangankan kembali ke masa Soeharto dulu. Dalam penilaian rakyat saat ini, justru Soeharto lah sosok yang terbukti bisa membangun negara menjadi damai, hingga muncul “Sindrom Amat Rindu Soeharto” atau yang kita kenal dengan (SARS). Hal ini berangkat dari sebuah realita bahwa masyarakat sudah terlalu jenuh dengan persoalan mereka. Para elit-elit yang diharapkan bisa membela kepentingan mereka ternyata hanya berebut jatah kekuasaan saja dan cenderung mengabaikan kepentingan rakyat banyak.

Dus, bisa kita cermati bahwa selama 5 tahun periode pemerintahan, para pejabat itu hanya sekali melibatkan rakyat, yakni semasa kampanye. Kapan lagi kita bisa melihat para petinggi mau turun kebawah, duduk berdampingan, makan bersama kalau tidak pada masa kampanye. Mereka mau berdiskusi dengan rakyat karena mereka punya misi ingin menyosialisasikan program-program partai agar mereka dapat dukungan. Tapi apa yang terjadi setelah itu? Setelah mendapat jatah kursi di pemerintahan, mereka tidak lagi ingat dengan janji-janji ketika mereka turun ke pedesaan dulu.

Hal ini menunjukan bahwa reformasi sekarang tinggal lembaran-lembaran yang telah usang dan tidak pernah menjadi pijakan dalam menata bangsa ini. Karena kondisi yang terjadi beberapa elit bangsa ini tidak mempunyai keinginan baik untuk tetap konsisten dengan nilai perjuangan mereka.

Kondisi inilah yang menjadi awal matinya sebuah demokrasi yang diharapkan mampu mengubah Indonesia menuju negara yang mampu bersaing dan mengejar ketertinggalannya dari negara-negara lain.

Cita-cita demokrasi sebagai ruh gerakan reformasi ternyata memunculkan persoalan baru yang lebih kompleks dan justru menelan banyak korban yaitu rakyat. Hukum, satu-satunya konstitusi yang diharapkan memberikan warna baru bagi kehidupan karena fungsinya yang seharusnya menjadi pionir atau panglima dalam setiap penanganan semua masalah, ternyata harus kalah dengan permainan suap oleh segelintir elit yang punya banyak duit.

Hukum yang pada hakikatnya bersifat adil dalam artian hitam atau putih, namun pada dataran praktiknya, hukum di Indonesia tidak pernah memberikan rasa keadilan apalagi rasa aman dan tentram bagi masyarakat karena telah tereduksi, dan tidak mempunyai fungsi konkret untuk membela mereka yang lemah.

Tulisan ini hanya sebatas bahan refleksi kita bersama sebagai rakyat yang hari ini kondisinya tidak jauh berbeda dengan 10 tahun yang silam, karena sebentar lagi kita akan memasuki babak baru dengan semangat Pemilu 2009. Harapan kita, Pemilu mendatang bisa menjadi awal dari lahirnya kembali Indonesia yang baru: mengeluarkan rakyat dari belenggu kesengsaraan. Tentunya ini menuntut kecermatan kita agar tidak lagi dengan mudah menentukan sebuah pilihan tanpa mengetahui latar belakang serta track record orang yang kita pilih.

Kamis, 29 Mei 2008

Seruan umum FRONT PERJUANGAN RAKYAT

tentang kenaikan harga BBM

Perlawanan dari kalangan yang luas sekali terhadap rencana pemerintah untuk menaikkan harga BBM merupakan tantangan yang luar biasa besarnya bagi kekuasaan polltik SBY-JK. Dari hari ke hari dan berturut-turut, aksi-aksi untuk menentang dinaikkannya harga BBM, yang dilakukan oleh berbagai gerakan mahasiswa dan organisasi-organisa si massa lainnya di banyak kota di Indonesia makin menggebu-gebu.

Menggeloranya gerakan menentang dinaikkannya harga BBM ini dipacu juga oleh banyaknya berita internasional tentang makin tingginya harga pangan di dunia, dan membubungnya harga minyak mentah ke tingkat yang paling tinggi selama berpuluh-puluh tahun. Di dalam negeri, banyak orang dari berbagai kalangan mengaitkan perlawanan terhadap rencana kenaikan harga BBM ini dengan terpaksa turunnya Suharto dari kedudukannya sebagai presiden tanggal 21 Mei 1998, dengan 10 tahun diluncurkannya reformasi (yang ternyata macet di jalan !), dengan Hari Kebangkitan Nasional, dan dengan makin semrawutnya pemerintahan.

Suara yang menentang dinaikkannya harga BBM sekarang ini sudah bertambah santer dengan pernyataan dari pimpinan DPR, MPR dan juga DPD yang juga tidak menyetujui kenaikan harga BBM. Di samping itu, tulisan Kwik Kian Gie tentang “keanehan-keanehan” sekitar rencana kenaikan harga BBM, menunjukkan tidak benarnya politik pemerintahan SBY-JK. LBH Jakarta juga mengeluarkan pernyataan bahwa pemerintahan SBY-JK sudah gagal.

Sementara itu adalah menarik untuk diperhatikan bahwa berbagai organisasi massa yang tergabung dalam Front Perjuangan Rakyat mempersiapkan aksi-aksi besar-besaran menghadapi rencana kenaikan harga BBM ini. Dengan adanya aksi-aksi oleh Front Perjuangan Rakyat ini, maka gerakan menentang kenaikan harga BBM, yang juga dimotori oleh Front Pembebasan Nasional, dan dilakukan oleh berbagai golongan lainnya di seluruh negeri, akan bertambah luas.

Mengingat makin hebatnya perlawanan dari berbagai golongan dalam masyarakat terhadap rencana kenaikan harga BBM maka sekarang tidak dapat diperkirakan bagaimana akhirnya sikap pemerintah, apakah akan tetap meneruskan rencananya atau membatalkannya. Seandainya pemerintah membatalkan rencananya pun gejolak masyarakat sudah tidak dapat dikendalikan lagi, mengingat naiknya harga-harga sembako dan sulitnya kehidupan rakyat akibat luasnya kemiskinan dan besarnya pengangguran.

Berikut di bawah ini adalah bahan-bahan yang berkaitan dengan Front Perjuangan Rakyat :

Gelora gerakan membatalkan menaikan harga BBM

Akhirnya, mulai tanggal 24 Mei 2008 pemerintahan SBY-JK menaikkan juga harga BBM dengan 28,7% , walaupun sejak berminggu-minggu berbagai golongan dalam masyarakat melakukan aksi besar-besaran dan meluas di banyak daerah. Suatu hal yang sangat penting dan juga menarik untuk diperhatikan adalah bahwa sebagian terbesar aksi-aksi untuk menentang kenaikan harga BBM ini telah dilakukan oleh kaum muda ( terutama para mahasiswa dari berbagai universitas di seluruh Indonesia) yang bergabung dengan golongan buruh, tani, dan kaum perempuan.

Mengingat tingginya semangat perlawanan yang sudah ditunjukkan mereka selama berminggu-minggu dengan berbagai cara dan bentuk, dan dalam skala yang berbeda-beda, maka bisa diramalkan bahwa karena diumumkannya secara resmi kenaikan harga BBM ini akan terjadi banyak gejolak dalam masyarakat yang lebih dahsyat dari pada yang sudah-sudah. Tidak bisa dibayangkan lagi betapa besar ledakan kemarahan banyak golongan (yang terdiri dari macam-macam keyakinan politik, agama maupun suku/etnis) terhadap politik yang menyengsarakan rakyat banyak ini. Bahkan baru beberapa jam saja diumumkannya kenaikan harga BBM ini maka mahasiswa yang tergabung dalam Front Perjuangan Rakyat telah mengadakan demo di dekat Istana Jakarta.

Dalam aksi yang dilakukan oleh para mahasiswa Universitas Nasional (Jakarta) Jum’at malam menjelang Sabtu pagi (tanggal 24 Mei) telah terjadi penyerbuan aparat kepolisian ke dalam kampus dan menangkapi ratusan mahasiswa. Akibat masuknya polisi secara membabibuta ke dalam kampus sejumlah fasilitas kampus mengalami kerusakan. Diantaranya, fasilitas ATM, gedung rektorat, laboratorium pariwisata, 3 blok gedung perkuliahan, gedung serbaguna dan koperasi mahasiswa. Properti kampus diobrak abrik. Sekitar 20 motor rusak, dibakar dan 3 mobil dirusak.


Gejolak masyarakat yang akan menggelora terus

Dapat diperkirakan bahwa gejolak masyarakat akan menggelora terus selama kenaikan harga BBM ini tidak dibatalkan oleh pemerintahan SBY-JK. Sebab, kenaikan harga BBM ini mengakibatkan dampak negatif yang besar sekali bagi kehidupan sebagian terbesar rakyat. Yang merupakan perkembangan baru dalam aksi-aksi menentang kenaikan harga BBM ini, (dan yang patut disambut gembira oleh seluruh kekuatan demokratik di Indonesia), adalah munculnya berbagai gerakan rakyat dalam bentuk macam-macam front atau aliansi atau federasi atau perhimpunan.

Di antara gabungan-gabungan banyak organisasi massa itu terdapat Front Rakyat Menggugat (FRM), Front Perjuangan Rakyat (FPR), Front Pembebasan Nasional (FPN), dan banyak macam-macam aliansi lainnya yang terbentuk di berbagai kota besar seperti Medan, Padang, Jambi, Palembang, Jakarta, Bandung, Jogya, Solo, Semarang, Surabaya, Makassar, Menado, Denpasar, Kupang atau di banyak daerah lainnya. Gabungan-gabungan organisasi massa inilah yang dewasa ini merupakan bagian penting dari gerakan besar-besaran yang sedang melanda seluruh negeri kita.

Televisi di Indonesia yang sering menayangkan banyak aksi-aksi yang digelar oleh berbagai gerakan massa selama ini memberikan gambaran – walaupun sedikit dan sepotong-sepotong – tentang kebangkitan kesedaran politik banyak kalangan, terutama kalangan muda (mahasiswa dll) dan kaum buruh, tentang buruknya keadaan politik, ekonomi dan sosial yang sedang dihadapi bangsa kita. Kebangkitan kesedaran politik yang meluas seperti dewasa ini merupakan hal yang penting dan bagus sekali bagi kehidupan bangsa selanjutnya.


Mereka berjuang untuk kebaikan kita bersama

Karena gerakan atau aksi-aksi ini dilakukan secara besar-besaran dan meluas di berbagai daerah di negeri kita, maka bisa saja terjadi - di sana-sini dan sebagai insiden-insiden yang terpisah - ekses-ekses atau juga sejumlah kecil tindakan anarkis dan merusak. Tetapi, adanya ekses-ekses ini tidak bisa menghilangkan arti yang lebih besar dan tujuan luhur yang diusung oleh gerakan massa sebagai keseluruhan. Banyak orang, terutama dari kalangan muda, yang bersedia dengan susah-payah bermandikan keringat dan kelaparan atau kehausan, mencurahkan tenaga mereka dalam demo-demo untuk membela kepentingan rakyat banyak. Dapatlah dikatakan bahwa mereka berjuang untuk kebaikan kita bersama! Mereka berkorban untuk kita semua sekarang dan demi hari kemudian anak-cucu kita juga!

Besarnya atau luasnya partisipasi berbagai kalangan dalam gerakan menentang kenaikan harga BBM di banyak kota dan daerah dewasa ini menunjukkan indikasi juga bahwa citra pemerintahan SBY-JK sudah jatuh merosot dalam sekali. Dan lagi, ketidakpercayaan sebagian besar rakyat terhadap pemerintahan SBY-JK adalah juga penolakan terhadap politik atau sistem Orde Baru. Sebab, jelas sekali sekarang bahwa pemerintahan SBY-JK adalah pada hakekatnya masih dikuasai oleh orang-orang Orde Baru, yang perwakilan utamanya adalah SBY (tokoh mantan militer) dan JK (ketua umum Golkar). Jadi, aksi-aksi untuk menentang kenaikan BBM ini pada hakekatnya juga merupakan penolakan atau perlawanan terhadap politik yang dianut Orde Baru dan yang diteruskan oleh Orba Jilid-II sampai sekarang.


Lahirnya berbagai macam front dan aliansi

Dilihat dari segi ini, maka nyatalah bahwa gerakan menentang kenaikan harga BBM bukanlah hanya perjuangan yang bersifat ekonomi dan sosial saja, melainkan sekaligus uga perjuangan berbagai golongan di bidang politik. Muatan politis dari gerakan menentang kenaikan harga BBM ini kelihatan jelas kalau kita simak isi pernyataan-pernyata an atau siaran yang dikeluarkan oleh Front Rakyat Menggugat (FRM), Front Perjuangan Rakyat (FPR), Front Pembebasan Nasional (FPN), dan banyak macam-macam organisasi massa lainnya.

Suara-suara yang dilontarkan oleh berbagai organisai rakyat ini tidak hanya bernada keras dalam mengutuk berbagai politik pemerintah yang menyengsarakan rakyat banyak dan menguntungkan maskapai-maskapai besar asing, melainkan ada yang menuntut dipilihnya pimpinan nasional dan pemerintahan yang baru. Ada yang mengatakan bahwa untuk menjamin terlaksananya kesejahteraan bagi rakyat banyak harus dibentuk pemerintahan yang benar-benar pro-rakyat oleh rakyat sendiri.

Kenaikan harga BBM dan kesulitan untuk mendapatkannya, adalah betul-betul sudah membikin marahnya banyak orang kepada sistem pemerintahan SBY-JK yang didukung oleh berbagai partai politik. Sebab, sangat aneh sekali bahwa di negeri yang terkenal kaya dengan minyak dan gas malahan rakyatnya harus menderita kesengsaraan akibat mahalnya harga BBM. Sebaliknya, maskapai-maskapai asing yang menguasai tambang-tambang (catat baik-baik : yang milik rakyat Indonesia!) setiap harinya mengeruk keuntungan yang melimpah-limpah.


Diperlukan munculnya pemimpin dan kekuasaan politik tipe baru

Dalam kaitan inilah maka banyak kalangan melihat perlunya muncul kekuasaan politik tipe baru, yang berani bertindak seperti Hugo Chavez di Venezuela atau Evo Morales di Bolivia dalam menasionalisasi tambang-tambang minyak dan gas demi kesejahteraan rakyat. Dalam menghadapi perampokan kekayaan bumi oleh maskapai-maskapai asing seperti dewasa ini banyak orang mendambakan adanya pemimpin sekaliber Bung Karno, yang berani mentrapkan politik berdikari dan anti-imperialis. Oleh karena itu jugalah maka tulisan mantan menteri Bappenas, Kwik Kian Gie, yang menganjurkan nasionalisasi tambang-tambang minyak di Indonesia, mendapat perhatian banyak orang.

Gerakan besar-besaran dan meluas oleh berbagai golongan dalam masyarakat untuk menentang kenaikan harga BBM kali ini bisa akhirnya menimbulkan effek bola salju yang menggelinding terus dan kemudian bisa mendorong terjadinya perubahan-perubahan menuju munculnya kekuasaan politik tipe baru, yang berlainan sama sekali sekali dari segala pemerintahan Orde Baru berikut penerus-penerusnya. Dapatlah dikatakan bahwa gerakan menggagalkan kenaikan BBM kali ini, yang menggelora di seluruh negeri, adalah kebangkitan nasional kita yang baru, sebagai kelanjutan dari kebangkitan bangsa kita pada masa-masa yang lalu.

Menigngat pentingnya itu semua, maka untuk selanjutnya, website http://kontak. club.fr/index. htm) akan berusaha terus untuk menemani dan mengantar -- sebisa mungkin -- perkembangan gerakan yang tergabung dalam berbagai front, aliansi, perhimpunan dan komite yang tumbuh seperti jamur di musin hujan sekarang ini di banyak tempat di seluruh negeri.

Pelajar SMA Kaget Saksikan Sidang DPRD Jatim Ricuh

Surabaya-RoL -- Para pelajar SMA dari Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik, mengaku kaget menyaksikan kericuhan yang terjadi dalam rapat paripurna DPRD Provinsi Jatim di Surabaya, Kamis (15/5).

Para pelajar yang sedang menjalani wisata parlemen tersebut, menyaksikan langsung dari balkon ketika dua anggota FKB DPRD Jatim, Ja'far Shodiq dan Firjaun Barlaman "berdemokrasi" dengan bersitegang dan nyaris berkelahi.
"Kalau Gus Dur bilang anggota dewan seperti anak TK, ternyata benar. Problem internal partai sebenarnya ndak pantas dibawa ke dewan yang mengurusi rakyat," kata pelajar SMAN I Sidoarjo, Muhammad Tantowi.

Menurut pelajar Kelas II IPS tersebut, anggota dewan adalah "lulusan" perguruan tinggi, sehingga tidak pantas kalau berkelahi. "Interupsi kok sahut-sahutan, semestinya bergantian," katanya sambil mengelengkan kepala.
Pelajar Kelas II dari SMAN 7 Surabaya, Ahmad Albar Kurniawan juga menyatakan keheranannya dengan kericuhan sidang DPRD Provinsi Jatim.
"Masalah internal partai kok dibawa dalam sidang DPRD. Tadi hampir adu jotos, harusnya diselesaikan dengan baik," katanya menambahkan.
Dia berkesimpulan, ternyata pelajaran yang didapat di sekolah dengan yang dipraktekkan anggota dewan dalam sidang paripurna tidak sama.
Sebanyak 84 siswa dari 40 SMA tersebut datang ke DPRD untuk mengikuti jalannya sidang paripurna DPRD Jatim dengan dipandu aktivis dari Institut Pengkajian Ekonomi dan Demokrasi, Yantonius.

Kedatangan para pelajar menyaksikan sidang paripurna DPRD Jatim untuk mendapatkan pendidikan politik.
Menurut Yantonius, saat menyaksikan anggota DPRD Jatim nyaris berkelahi, para pelajar banyak yang kaget dan gemetar."Secara pribadi kejadian tersebut sebenarnya wajar, karena merupakan dinamika parlemen. Namun para pelajar kaget kok sampai akan berkelahi," katanya menegaskan.

Sementara itu, Ketua DPRD Provinsi Jatim, Fathorrasjid minta maaf kepada para pelajar, karena terpaksa melihat adegan-adegan yang semestinya tidak terjadi.
"Itu merupakan dinamika internal partai. Semoga kejadian tersebut tidak mengurangi semangat para pelajar untuk menjadi anggota dewan," katanya. antara/is

Jumat, 16 Mei 2008