Kita Bukan Pecundang


Judul di atas tidak salah. Memang kita bukan pecundang, kita semua adalah pejuang. Terlepas dari menang atau kalah, kita tetap bukan pecundang. Pecundang hanyalah mereka yang kalah oleh diri sendiri, mereka yang tidak berani mencoba setelah tersungkur untuk kesekian kali.

Sadarkah kita bahwa sesungguhnya kita adalah pemenang kehidupan. Sebelum kita bersekutu dengan ovum, kita telah menyisihkan jutaan pejuang lainnya. Mulai sejak awal ejakulasi, kita bertarung sesama kita, adu cepat, adu tangkas untuk mencapai ovum yang kita kejar. Sungguh, kita adalah satu dari jutaan kontestan. KITA BUKAN PECUNDANG!

Namun terkadang, setelah tulang ini berbalut daging dan dibalut lagi oleh kulit dari epidermis-epidermis yang bersekutu, lantas mengapa kita menjadi pengecut? Kita menjadi takut kalah perang, kita menjadi begitu cengeng, dan hanya mengharapkan euforia. Teman, sadarkah engkau?

Apakah engkau tidak mengingat saat dimana dirimu hanya satu dari sejuta, lantas Kami keluarkan kamu daripada mani-mani untuk menjadi pejuang lalu Kami tentukan sesiapa diantara kamu yang paling berhak untuk maju menjadi pemenang. Dan diantara para pemenang ada yang Kami matikan sebelum menjadi darah dan daging, ada pula yang Kami matikan setelah teriakan pertama, dan ada yang Kami panjangkan umurnya hingga rambut memutih dan Kami jadi dia kembali ke asal. Sungguh, Kami telah menetapkan kamu agar selalu berjuang dan tidak berputus asa dari rahmat Kami. Sungguh Kami berkuasa atas segala sesuatu.



Senin, 09 Juni 2008

INDONESIA Bangsa yang sakit

Membaca pemberitaan akhir-akhir ini, sedih sekali rasanya. Sebagai bangsa yang terkenal dengan keramahannya, ternyata sudah berbalik arah sedemikian drastis. Masyarakat kita, sudah sedemikian garang membabi buta melakukan apa saja yang mereka kehendaki tanpa mempertimbangkan hak asasi manusia, etika, moral dan lain sebagainya. Dengan kekuatan fisik yang mereka punya, mereka bebas melakukan pemukulan, pembantaian terhadap saudara sendiri. Padahal mereka mengklaim diri sebagai orang-orang yang saleh, beriman, beragama dsb. Dengan lantang mengucap lafad Allah Akbar, mereka membantai saudara sendiri, sungguh tidak bisa di terima oleh akal sehat kita, karena agama manapun tidak ada yang mengajarkan kekerasan, dan penting untuk dicatat, Islam adalah agama yang penuh kedamaian dan tidak sedikitpun mentoleransi kekerasan.

Adalah sejumlah anggota FPI yang melakukan pembantaian terhadap masa Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan. Dengan sedemikian garangnya, melakukan kekerasan terhadap masa yang berencana merayakan hari lahir Pancasila. Sungguh ironis sekali ketika sekian banyak elemen bangsa berencana memperingati hari lahir Pancasila dengan mengusung kebhinekaan dalam bingkai persatuan, justru terhadang aksi membabi buta laskar pembela Islam (FPI). Lebih ironis lagi, salah satu anggota FPI yang melakukan tindak criminal tersebut justru orang yang selama ini getol memperjuangkan demokrasi dan anti kekerasan. Melihat realitas ini, saya berkesimpulan bahwa bangsa kita memang sedang sakit parah.

Penyerbuan Polri ke kampus UNAS, adalah fakta yang tidak jauh berbeda, dimana Instrument Negara, abai melaksanakan tanggung jawabnya. Mereka dengan kekuatan fisik yang dimiliki, secara bebas, melakukan penyerbuan dan penganiayaan terhadap sekelompok mahasiswa yang sedang memperjuangkan aspirasi rakyat.

Kita tahu, Polisi adalah pengayom dan pelindung rakyat (paling tidak itu selalu menjadi slogan), namun pada kenyataannya, Polisi tidak lagi menunjukan rasa aman dan damai dimasyarakat.

Pada saat yang sama, Mahasiswa yang tugas dan fungsinya disamping belajar, adalah memperjuang aspirasi rakyat, namun dengan garang, mahasiswa juga melakukan penganiyaan kepada salah satu anggota Polisi, di depan Kampus Mustopo Beragama Jakarta.

Pada level bawah, rakyat Indonesia sendiri, tidak jarang melakukan aksi kekerasan satu sama lain, demi untuk mempertahankan kehidupan mereka yang semakin terjepit oleh kemiskinan. Tidak jarang kita mendengan fenomena anak membunuh orang tua, orang tua membunuh anak, istri membunuh suami, suami membunuh istri. Fenomena demikian menjadi kian dekat dengan kehidupan bangsa kita, bangsa yang dikenal dengan mayoritas penduduk muslim, bangsa yang dikenal dengan keramahan dan kesopannya, namun, tradisi itu tergerus oleh perubahan zaman yang semakin menghimpit kehidupan kita.

Para pemimpin kita, tidak kalah ganasnya, mereka dengan cara yang lebih santun, melakukan kekerasan atas nama kepentingan politik, ekonomi dan lain sebagainya. Fenomena kenaikan BBM mencerminkan betapa pemimpin Indonesia hanya mementingkan kepentingan Negara dari pada kepentingan rakyat. Padahal menyelamatkan penderitaan rakyat adalah prioritas karena menurut banyak pengamat dan pakar, masih banyak alternative lain yang bisa ditempuh selain menaikan harga BBM. Sejatinya pemerintah melempar wacana kenaikan BBM tersebut kepada masyarakat dengan mengundang tokoh masyarakat, pakar, ilmuwan dan lain sebagainya untuk berembug masalah ini. Namun, dari Opsi terakhir yang di pilih Pemimpin kita, sedikitpun mereka tidak mencoba memilih Opsi-opsi yang pertama, kedua, ketiga dan tidak tau sampai berapa.

Kenapa pemerintah tidak menjelaskan baik buruknya dari sekian banyak opsi tersebut? Kenapa pemerintah hanya menyebutkan kenaikan BBM adalah Opsi terakhir? Yang dibutuhkan rakyat sebetulnya penjelasan tentang kenaikan BBM dan mengapa opsi itu dipilih? Dan apakah bisa ditempuh cara yang lain, agar nasib rakyat tidak semakin menderita?

Fakta menunjukan bahwa pemerintah kita lebih takut keuangan mereka (bahasa lain keuangan negara) jeblok, dari pada melihat rakyat senang dan hidup bahagia. Inilah kekerasan terstruktur yang dilakukan Negara kepada rakyatnya. Negara abai dengan nasib rakyat yang semakin hari semakin terjepit. Jangan disalahkan kalau dampak kebijakan ini, rakyat Indonesia semakin menjadi rakyat yang tidak rasional, nekad, dan suka dendam. Jangan disalahkan kalau masyarakat kita menjadi tidak bermoral, dan suka dengan tradisi kekerasan. Jangan salahkan rakyat kalau mereka kemudian mengambil jalan pintas seperti menjadi Pelacur sebagaimana kondisi PSK di kediri yang melonjak drastis sebagai dampak dari kebijakan tersebut.


Senin, 02 Juni 2008

Sekitar kenaikan harga BBM dan perjuangan politik rakyat Indonesia

Gelora aksi-aksi untuk membatalkan keputusan pemerintahan SBY-JK tentang kenaikan harga BBM masih berlangsung terus di Jakarta maupun di kota-kota penting di banyak daerah di Indonesia, walaupun sudah mulai agak mereda. Sejak tanggal 29 Mei berbagai golongan yang tergabung dalam Front Pembebasan Nasional (FPN) telah mengadakan aksi besar-besaran di sekitar Istana, yang berlangsung dengan ramai. Ikut sertanya golongan buruh, perempuan dan rakyat miskin dalam aksi-aksi FPN ini menunjukkan luasnya dukungan berbagai golongan dalam masyarakat di samping golongan mahasiswa kepada perjuangan besar ini.

Aksi-aksi juga digelar oleh Front Perjuangan Rakyat (FPR), yang merupakan gabungan dari puluhan organisasi pada tanggal 1 Juni dalam bentuk rapat umum di sekitar Hotel Indonesia dan Istana. Pada hari yang jatuh bersamaan dengan peringatan lahirnya Pancasila ini FPR – seperti halnya banyak organisasi lainnya - akan meneruskan perjuangan untuk menentang kenaikan harga BBM dan berbagai politik pemerintahan SBY-JK.

Sesudah aksi-aksi berjalan menggebu-gebu lebih dari seminggu di Jakarta maupun di banyak kota di daerah, maka sulit untuk diramalkan bagaimanakah selanjutnya gerakan menentang kenaikan harga BBM ini di hari-hari yang akan datang. Sebab, kelihatannya, semangat perlawanan yang ditunjukkan oleh berbagai kekuatan dalam masyarakat, baik di Jakarta maupun di daerah-daerah masih tetap cukup tinggi. Di antara banyak kalangan dan organisasi itu terdapat organisasi-organisa si yang tergabung dalam Front Rakyat Menggugat (FRM). Ada indikasi-indikasi yang menunjukkan bahwa gerakan menentang kenaikan harga BBM, yang dilakukan oleh berbagai golongan dalam masyarakat ini akan makan waktu lama dan juga masih bisa berbuntut panjang.

Dalam rangka inilah maka tulisan kali ini mengajak para pembaca untuk ikut bersama-sama merenungkan arti penting dampak gerakan menentang harga BBM dewasa ini dihubungkan dengan berbagai persoalan rakyat dan negara kita. Sebab, sekarang makin jelaslah bagi kita semua, bahwa kenaikan harga BBM sudah menimbulkan banyak masalah baru yang serius, yang akibatnya akan makin terasa di kemudian hari. Kenaikan harga BBM adalah hanya sebagian saja dari banyak masalah yang dihadapi pemerintahan SBY-JK yang mendapat perlawanan dari banyak kalangan dan golongan, seperti yang sudah banyak diberitakan dalam pers maupun televisi. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih luas mengenai persoalan ini, maka diharapkan para pembaca sudilah kiranya menyimak juga “Gelora gerakan membatalkan kenaikan harga BBM”, dan “Maraknya aksi-aksi menentang kenaikan BBM”.

Dari gerakan perlawanan yang sudah berjalan sejak tanggal 24 Mei ini saja kita semua sudah dapat menarik pelajaran yang berharga dan juga memperoleh bahan-bahan penting untuk bisa direnungkan bersama-sama lebih lanjut. Berikut di bawah ini adalah sejumlah kecil dari pandangan terhadap berbagai masalah serius yang sedang sama-sama kita hadapi dewasa ini :

Kebangkitan baru kesedaran politik di kalangan rakyat

Menggeloranya di berbagai daerah Indonesia aksi-aksi menentang kenaikan BBM ini merupakan lahirnya kebangkitan baru kesedaran politik di banyak kalangan dalam masyarakat kita. Dari besarnya serta beragamnya gerakan yang didukung oleh bermacam-macam golongan (termasuk sejumlah partai-partai politik, tokoh-tokoh dan intelektual) itu nampak bahwa gerakan menentang kenaikan harga BBM ini mendapat dukungan yang luas dari masyarakat.

Gerakan menentang kenaikan harga BBM ini hanyalah merupakan sebagian dari perlawanan masyarakat terhadap politik pemerintahan SBY-JK, yang pada dasarnya masih melakukan politik Orde Baru, yang mentrapkan politik neo-liberalisme yang hanya menguntungkan kaum modal besar asing. Dalam arti tertentu, perlawanan terhadap kenaikan harga BBM juga akhirnya berarti perlawanan terhadap sistem politik Orde Baru.

Perlawanan yang dilakukan oleh berbagai golongan masyarakat – dan terutama oleh kalangan mahasiswa – terhadap politik pemerintahan SBY-JK merupakan gelombang pasang naik dalam kesedaran politik besar-besaran di kalangan rakyat. Gelombang pasang naik ini akhirnya bisa menjadi sama pentingnya dengan yang dilahirkan oleh gerakan besar-besaran dan bersejarah dari kalangan mahasiswa dalam tahun 1998, yang mengakibatkan turunnya Suharto sebagai presiden.

Dalam gerakan menentang kenaikan harga BBM telah dan sedang ikut serta juga berbagai macam kekuatan politik dan golongan masyarakat, yang dalam masa-masa yang lalu pernah menjadi pendukung berbagai politik rejim militer Suharto, termasuk sebagian dari kalangan Islam. Ikut sertanya unsur-unsur Islam dalam gerakan menentang kenaikan harga BBM ini merupakan perkembangan baru yang penting dan menarik.

Sebab bagi perjuangan politik di Indonesia untuk menciptakan masyarakat adil dan makmur di bawah bendera Bhinneka Tunggal Ika, Pancasila dan Trisakti, sumbangan atau partisipasi kalangan Islam yang luas adalah salah satu syarat penting untuk tercapainya tujuan itu. Perubahan-perubahan besar dan fundamental dalam kekuasaan politik di Indonesia akan sulit dicapai tanpa partisipasi yang aktif dari sebagian penting kalangan Islam.

Perkembangan penting : lahirnya berbagai front

Sebagai perkembangan baru yang penting lainnya dalam perjuangan politik rakyat Indonesia adalah lahirnya berbagai front rakyat atau aliansi atau koalisi atau federasi, yang merupakan wadah yang menggabungkan berbagai macam organisasi massa di kalangan buruh, tani, perempuan, kaum muda, mahasiswa, pegawai negeri, serta rakyat miskin. Gerakan extra-parlementer ini merupakan alat yang amat penting bagi rakyat dalam menghadapi pemerintah, parlemen dan juga partai-partai politik.

Sekarang di Jakarta sudah ada sejumlah front yang masing-masing menghimpun puluhan organisasi massa, dan di antaranya adalah Front Pembebasan Nasional, Front Rakyat Menggugat, Front Perjuangan Rakyat. Sedangkan di daerah-daerah juga sudah bermunculan front atau berbagai aliansi dan koalisi. Umpamanya, di Bandung ada Front Kebangkitan Rakyat, dan di Jogya Komite Rakyat Bersatu. (Ma’af kepada banyak organisasi-organisa si lainnya di berbagai kota yang tidak disebutkan namanya di sini).

Berhubung akan makin bertambah banyaknya masalah yang dihadapi oleh rakyat akibat kesalahan dan kejelekan pemerintahan, maka peran dan tugas berbagai front, aliansi, koalisi atau federasi atau komite sebagai benteng pengayom dan pembela kepentingan rakyat juga akan makin menjadi lebih penting lagi di masa-masa yang akan datang. Sebab, dalam banyak hal, rakyat sudah tidak bisa dan tidak boleh mempercayakan lagi - atau menyerahkan mentah-mentah begitu saja - pengurusan soal-soal masyarakat dan negara sepenuhnya hanya kepada peran pemerintah, DPR dan partai-partai politik.

Berbagai kekuatan extra-parlementer yang berbentuk segala macam front, aliansi, koalisi, federasi, komite yang melakukan perjuangan terhadap kenaikan harga BBM (dan lain-lain politik pemerintah yang menyengsarakan rakyat) atas dasar-dasar Bhinneka TunggaI Ika, Pancasila dan Trisakti adalah pendorong untuk persatuan bangsa dan kelestarian Negara Kesatuan Republik Indonesia. Peran mereka juga bisa merupakan pendorong untuk timbulnya perubahan-perubahan fundamental dalam kekuasaan politik ke arah yang bisa benar-benar menguntungkan kepentingan rakyat, seperti yang terjadi di Amerika Latin.

Perlu adanya kekuasaan politik tipe baru

Melalui perjuangan terhadap musuh bersama (dalam hal ini berbagai politik anti-rakyat dan pro-modal asing), bermacam-macam kekuatan extra-parlementer yang masih bergerak sendiri-sendiri atau terpisah-pisah, mungkin akhirnya akan bisa bekerjasama atau berkoordinasi, sehingga bisa menjadi kekuatan pendobrak status-quo yang menghimpit kehidupan rakyat dan bangsa. Terpecah-pecahnya kekuatan dalam gerakan adalah keadaan yang tidak menguntungkan perjuangan bersama.

Kalau kekuasaan politik masih tetap seperti yang terus dijalankan selama 32 tahun Orde Baru dan 10 tahun pasca-Orde Baru sampai sekarang maka tidak mungkin adanya perubahan-perubahan besar dan fundamental bagi kehidupan sebagian terbesar rakyat kita. Perubahan besar dan fundamental hanyalah bisa dilakukan oleh kekuasaan politik tipe baru di bawah pimpinan nasional tipe baru pula. Perubahan-perubahan besar yang menguntungkan rakyat banyak tidak mungkin dilakukan oleh orang-orang yang bertipe Orde Baru.

Ketika bangsa dan negara sedang mengalami banyak persoalan serius yang menyengsarakan rakyat banyak seperti dewasa ini, terasa sekali kebutuhan adanya kekuasaan politik yang pro-rakyat dan dapat dukungan kuat dari sebagian terbesar rakyat dan juga adanya pemimpin yang berwibawa dan mempunyai integritas setinggi Bung Karno. Tokoh yang seperti ini tidak ditemukan selama rejim militer Suharto, dan juga tidak dapat dijumpai selama berbagai pemerintahan- pemerintahan pasca-Suharto.

Kenaikan harga BBM yang mengakibatkan bermacam-macam kesulitan hidup banyak orang (harga sembako yang sudah naik dengan beberapa puluh persen, ongkos transport yang menjadi mahal, bertambah parahnya kemiskinan dan pengangguran) telah membuka kebusukan pemerintahan SBY-JK.. Dewasa ini setiap hari diberitakan dalam pers dan televisi tentang keluh kesah dari rakyat yang menderita.

Pentingnya gerakan extra-parlementer

Karena itulah SBY, yang tadinya diharapkan (ilusi saja ?) oleh banyak orang untuk bisa menjadi presiden yang ideal, ternyata citranya terus-menerus turun. Kalau dalam tahun 2006 (menurut Lembaga Survey Indonesia) ia pernah meraup popularitas sebesar 67 %, maka dalam tahun 2007 turun tinggal 25 % Dan sekarang, dengan maraknya gelora perlawanan kenaikan harga BBM diperkirakan bahwa popularitasnya sudah mesosot sekali jauh di bawah 20%.

Karena sudah rusaknya moral di kalangan partai politik (dan terutama sekali GOLKAR) yang wakil-wakilnya menduduki banyak pos-pos penting dalam bidang eksekutif, legislatif, dan judikatif, maka sebagian besar rakyat dewasa ini sudah muak dan tidak menaruh kepercayaan terhadap mereka. Dari segi inilah kelihatan makin pentingnya peran gerakan ekstra-parlementer yang terdiri dari bermacam-macam organisasi rakyat yang tergabung dalam macam-macam front dan koalisi atau aliansi yang tumbuh seperti jamur di musim hujan di berbagai daerah.

Gerakan ekstra-parlementer yang kuat dan mendapat dukungan atau partisipasi yang luas dari rakyat akan menjadi satu-satunya agen perubahan menuju terciptanya masyarakat adil dan makmur, seperti yang dicita-citakan oleh proklamasi 17 Agustus 45.

Aksi-aksi mahasiswa punya tujuan luhur

Mengingat itu semua, maka nyatalah bahwa maraknya aksi-aksi luas yang digelar oleh para mahasiswa banyak universitas di Indonesia dewasa ini untuk melawan secara damai kenaikan harga BBM patut sekali mendapat dukungan dan simpati dari kita semua. Pada umumnya, aksi-aksi para mahasisswa ini mempunyai tujuan yang luhur, yaitu membela kepentingan rakyat, yang dirugikan oleh kenaikan harga BBM dan berbagai politik pemerintahan SBY-JK lainnya.

Kesediaan mereka untuk bersusah-payah mengadakan bersama-sama berbagai macam aksi ini (sampai mogok makan berhari-hari, bermalam di tenda-tenda, kurang tidur dan kurang makan) mencerminkan kemurnian tujuan perjuangan mereka. Mereka adalah asset yang penting dan berharga sekali bagi hari kemudian bangsa dan negara kita. Karenanya, peran mereka sebagai penyalur aspirasi rakyat mempunyai arti strategis yang patut sama-sama kita lindungi. Aksi-aksi para mahasiswa menentang kenaikan harga BBM adalah bagian - dan bagian yang cukup penting ! - , dari keseluruhan gerakan ekstra-parlementer yang dahsyat sekarang ini.

Dengan makin membesarnya gerakan ekstra-parlementer untuk menentang kenaikan harga BBM dan berbagai politik lainnya dari pemerintahan SBY-JK maka ada sementara orang yang kuatir akan adanya represi besar-besaran seperti yang terjadi dalam tahun 65-66. Memang, seluruh kekuatan demokratis yang sedang membangun kekuatan rakyat melalui berbagai front dan aliansi atau koalisi perlu tetap waspada terhadap adanya kemungkinan- kemungkinan yang demikian ini. Perlu sama-sama kita ingat selalu bahwa “mereka” tidak rela kehilangan begitu saja kekuasaan yang mereka kangkangi selama lebih dari 32 tahun!

Tetapi waspada dan hati-hati tidaklah berarti harus takut melakukan hal-hal yang sangat dibutuhkan dalam menggalang kekuatan dan mempersiapkan adanya perubahan-perubahan besar dan fundamental di bidang kekuasaan politik. Apa yang dilakukan oleh Hugo Chavez di Venezuela dan Evo Morales di Bolivia merupakan contoh yang patut kita pelajari, walaupun situasi dan kondisi kita berbeda dengan mereka.

Kalau dilihat dari perkembangan situasi akhir-akhir ini makin nampak nyatalah bahwa perjuangan politik rakyat Indonesia untuk menciptakan kesejahteraan haruslah melewati perjuangan terhadap sisa-sisa Orde Baru, yang dalam jangka puluhan tahun -- sampai sekarang ! - sudah bersekongkol dengan kepentingan modal besar asing. Karena pemerintah, maupun DPR, MPR, DPD sudah banyak mengecewakan rakyat, maka banyak kalangan di masyarakat akhirnya terpaksa menaruhkan kepercayaan mereka kepada berbagai macam organisasi rakyat.

Di sinilah terletak betapa pentingnya gerakan ekstra-parlementer, baik untuk perjuangan dewasa ini maupun untuk masa-masa datang !

Minggu, 01 Juni 2008